Sabtu, 23 Agustus 2014

Iman Kepada Hari Kiamat(Akhir)



Iman Kepada Hari Akhir
  1. Pengertian Hari Kiamat
Menurut bahasa hari kiamat adalah kebangkitan dan kehancuran.
Menurut istilah hari kiamat adalah peristiwa hancurnya seluruh alam semesta beserta isinya termasuk penghuni langit dan bumi dan semua makhluk akan binasa kemudian manusia dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya selama hidup alam dunia.
  1. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari kiamat berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa  seluruh alam semesta akan hancur beserta isinya termasuk penghuni langit dan bumi dan semua makhluk akan binasa kemudian manusia dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya selama hidup alam dunia.
  1. Dalil Naqli Tentang Hari Kiamat
Dalil naqli tentang hari kiamat banyak sekali terutama dalam kitab suci al-qur’an yaitu:
  1. Surat at-Taha ayat 15

Artinya:
“Sungguh, hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.”
  1. Surat Al-Baqarah ayat 4

Artinya:
“Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.”
  1. Surat Al-Ahzab ayat 21


Artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
  1. Surat Az-Zumar ayat 68

Artinya:
“Dan sangkakalapun ditiup maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).”
  1. Surat Al-Qari’ah ayat 1-11




Artinya:
  1. Hari kiamat
  2. Apakah hari kiamat itu?
  3. Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?
  4. Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan
  5. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan
  6. Maka adapun orang yang berat timbangannya (kebaikan)nya
  7. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang)
  8. Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya
  9. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah
10. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
  1. 11.   (yaitu) api yang sangat panas.
Selain dalil naqli juga ada dalil aqli yaitu argumen untuk memperkuat dalil naqli yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Berikut dalil aqli yaitu:


  1. Menurut Ahli Astronomi
Bumi dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari secara teratur dan sempurna, masing-masing planet mempunyai daya tarik-menarik sehingga beredar dan bergerak serasi. Namun semakin lama daya tarik-menarik itu akan hilang dan planet-planet akan bertabrakan dan hancur, (bandingkan surat at-Takwir ayat 2 dan al-infitar ayat 2).
  1. Menurut Ahli Geologi
Di dalam perut bumi terdapat gas yang sangat panas yang berkembang terus menerus menekan kearah luar bumi. Akan tetapi bumi itu sendiri mendapat tekanan (atmosfer) dari luar, sehingga terjadi keseimbangan. Namun, diperkirakan bahwa tekanan dari luar semakin lama semakin lemah, bahkan tak berdaya lagi akhirnya mengakibatkan gas bumi akan meledak dengan ledakan yang sangat dahsyat dan akan mengeluarkan bola api raksasa yang membawa kehancuran. (bandingkan dengan surat al-Zalzalah).
  1. Menurut Ahli Fisika
Menurut teori ilmu alam bahwa sumber energi terbesar yang dapat memenuhi kebutuhan semua kehidupan di dunia ini adalah matahari. Begitu juga daya tarik antara benda-benda angkasa (planet) itu ada ketergantungan dengan energi matahari. Namun lambat laun sinar matahari akan semakin melemah, akibatnya mempengaruhi daya tarik diantara planet-planet tersebut akhirnya tidak ada keseimbangan, maka terjadilah antara tabrakan diantara mereka. (bandingkan dengan surat at-Takwir ayat 1-3).
  1. Macam-macam Hari Kiamat
Hari kiamat pasti akan terjadi dan hari-hari kiamat terbagi menjadi dua yaitu kiamat sughra (kecil) dan kubra (besar).
  1. Kiamat Sughra (Kiamat Kecil)
Kiamat sughra adalah fenomena hancurnya jagat raya yang ditandai dengan skala kecil. Kiamat sughra adalah kiamat kecil yang sering terjadi didalam kehidupan manusia yaitu kematian. Setelah mati, roh seseorang akan berada di alam b arzah atau alam kubur yaitu alam antara dunia dan akhirat.
Kiamat sughra sudah sering terjadi dan bersifat umum atau biasa terjadi di lingkungan sekitar kita yang merupakan suatu teguran Allah SWT pada manusia yang masih hidup untuk kembali ke jalan yang lurus dengan taubat.

  1. Kiamat Kubra (Kiamat Besar)
Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri kehidupan di dunia ini karena hancurnya selurih alam beserta isinya dan manusia dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya selama hidup di alam dunia. Setelah kiamat besar maka manusia akan menjalani alam setelah alam barjah.
Kiamat kubra akan terjadi satu kali dan itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang benar-benar luar biasa di luar  bayangan manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu segala amal perbuatan tidak akan diterima karena telah tertutup rapat.
  1. Nama-nama Hari Kiamat
Nama-nama hari kiamat antara lain adalah:
     Al-Ghasyiyah (Peristiwa Yang Dahsyat)
Hari kiamat di namakan Al-Ghasyiyah karena peristiwa hari kiamat itu sangat dahsyat diluar bayangan manusia. Peristiwa hari kiamat sang dahsyat karena gunung-gunung seperti anai-anai yang berterbangan dan bumi mengeluarkan beban berat yang dikandunganya.
     Al-Qari’ah (Peristiwa Besar)
Hari kiamat di namakan Al-Qari’ah yang berarti peristiwa besar karena hari kiamat itu adalah peristiwa yang sangat besar dan menakutkan.
     Al-Zalzalah (kegoncangan)
Hari kiamat di namakan Al-Zalzalah yang berarti kegoncangan karena pada hari kiamat bumi digoncangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat dan bumi mengeluarkan beban berat yang dikandunganya.
     Yaumul Qiyamah
Hari kiamat dinamakan yaumul qiyamah karena peristiwa hari kiamat adalah hancurnya dunia beserta isinya kemudian manusia di bangkitakan menuju alam akhirat.
     Yaumul Rajifah
Hari kiamat dinamakan yaumul rajifah yang berarti hari gempa besar karena pada hari kiamat bumi dogoncangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat.

     Yaumul Sa’iqah
Hari kiamat dinamakan yaumul sa’iqah yang berarti keguncangan karena peristiwa hari kiamat sangat luar biasa dan tidak ada satupun makhluk yang dapat mengindari hari kiamat.
     Yaumul Haqqah
Hari kiamat dinamakan yaumul haqqah yang berarti hari kepastian karena pada hari kiamat seluruh manusia pasti akan diberikan ganjaran atas semua perbuatannya selama hidup di dunia.
     Yaumul Akhir
Hari kiamat  dinamakan yaumul akhir yang berarti hari akhir karena hari kiamat adalah hari berakhirnya kehidupan di dunia dan manusia menuju alam akhirat.
     Yaumut Tammah
Hari kiamat  dinamakan yaumut tammah yang berarti bencana agung karena hari kiamat adalah hari yang sangat besar dan agung.
     Yaumul Asir
Hari kiamat  dinamakan yaumul asir yang berarti hari yang sulit karena pada hari kiamat adalah hari yang sulit bagi orang-orang yang semasa hidupnya di dunia tidak pernah berbuat kebaikan.
     Yaumun La Raiba Fihi
Hari kiamat  dinamakan yaumun la raiba fihi yang berarti hari yang tidak ada lagi keraguan kepadanya karena hari kiamat pasti akan terjadi dan terjadinya hari kiamat hanya Allah yang tahu.
     Yaumul Ba’ats
Hari kiamat  dinamakan yaumul ba’s yang berarti hari kebangkitan karena pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia.
     Yaumut Tagabun
Hari kiamat  dinamakan yaumut tagabun yang berarti hari terbukanya segala keguncangan karena pada hari kiamat bumi diguncangkan dengan dahsyat sehingga menimbulkan kepanikan yang luar bisa bagi umat manusia.

     Yaumun Nusyur
Hari kiamat  dinamakan yaumun nusyur yang berarti hari kebangkitan karena pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia.
     Yaumut Tanad
Hari kiamat  dinamakan yaumut tanad yang berarti hari panggilan karena setip manusia akan di panggil pada hari kiamat untuk dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan seumur hidupnya.
     Yaumul Mizan
Hari kiamat  dinamakan yaumul mizan yang berarti harti penimbangan karena pada hari kiamat amal perbuatan manusia baik itu amal yang baik maupun yang buruk akan tetap ditimbang oleh Allah.
     Yaumun La Tajzi Nafsun an Nafsin Syaian
Hari kiamat  dinamakan yaumun la tajzi nafsun an nafsin syaian yang berarti hari yang seorang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun pada orang lain karena pada saat dikumpulkan di padang mahsyar manusia tidak akan memperhatikan orang lain hanya sibuk mengurus dirinya sendiri.
     Yaumul Jami’
Hari kiamat  dinamakan yaumul jami’ yang berarti hari pengumpulan karena pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di satu tempat yaitu padang mahsyar yang sangat panas.
     Yaumul Fasl
Hari kiamat  dinamakan yaumul fasl yang berarti hari pemisahan karena manusia kan dipisahkan sesuai dengan timbangan amalnya, mana yang akan masuk surga dan yang akan masuk neraka.
     Yaumul Waqi’ah
Hari kiamat  dinamakan yaumul waqi’ah yang berarti hari kejatuahn karena bagi orang yang ringan timbangan amal kebaikannya maka akan jatuh dari jemabatan siratul muttaqin dan jatuh ke neraka.
     Yaumul Mahsyar
Hari kiamat  dinamakan yaumul mahsyar yang berarti hari berkumpul karena semua manusia akan berkumpul di padang mahsyar yang sangat panas karena matahari sangat dekat dengan kepala.
     Yaumud Din
Hari kiamat  dinamakan yaumud din yang berarti hari keputusan karean Allah akan memutuskan siapa yang akan masuk ke surga atau neraka.
     Yaumut Talaq
Hari kiamat  dinamakan yaumut talaq yang berarti hari pertemuan karena seluruh manusia akan bertemu disatu tempat yaitu padang mahsyar baik dari zaman nabi Adam sampai manusia akhir zaman.
     Yaumul Jaza
Hari kiamat  dinamakan yaumul jaza yang berarti hari pembalasan karena orang yang ringan timbangan amal kebaikannya maka Allah membalasnya dengan api neraka yang sangat panas.
     Yaumul ‘Ard
Hari kiamat  dinamakan yaumul ‘ard yang berarti hari pertontonan karena  manusia akan melihat seluruh amal perbuatnnya dari lahir sampai akhir hayatnya.
     Yaumul Khulud
Hari kiamat  dinamakan yaumul Khulud yang berarti hari yang kekal karena manusia yang masuk surga akan tetap kekal selamanya begitu pula sebaliknya yang masuk neraka akan tetap kekal di neraka dan alam akhirat adalah alam yang kekal.
     Yaumul Khizyi
Hari kiamat  dinamakan yaumul khizyi yang berarti hari kehinaan karena manusia yang masuk neraka akan disiksa yang sakitnya sangat luar biasa dan manusia tersebut sangat hina di mata Allah.
     Yaumul Wa’id
Hari kiamat  dinamakan yaumul wa’id yang berarti hari ancaman karena hari kiamat adalah amcaman bagi orang-orang kafir yang tidak mau beriman kepada Allah.
     Yaumul Hisab
Hari kiamat  dinamakan yaumul hisab yang berarti hari pengadilan karena di padang mahsyar Allah SWT akan mengadili setiap manusia.
  1. Tanda-tanda Hari Kiamat
Tanda-tanda hari kiamat banyak sekali baik yang ada di al-Qur’an maupun al-Hadis, tanda-tandanya antara lain:
  1. Tanda-tanda Kiamat Sugrha
v Segala urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya (disia-siakannya amanat).
v Orang-orang miskin berlomba-lomba menjadi orang kaya.
v Sungai Efrat berubah menjadi emas.
v Baitul Maqdis dikuasai umat islam.
v Banyak terjadi pembunuhan.
v Munculnya kaum khawarij.
v Perang antara Yahudi dan umat Islam.
v Banyak terjadi fitnah.
v Merebaknya perzinahan.
v Banyaknya kaum wanita dibandingkan pria.
v Bermewah-mewah dalam membangun masjid.
v Menyebarnya riba dan harta haram.
v Lahir kumpulan orang yang mengkritik hadis Nabi Muhammad.
v Laki-laki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai laki-laki.
v Hubungan keluarga pecah belah.
v Salam Cuma diucapkan pada orang yang dikenali saja.
v Tingginya pajak.
v Khamer jadi minuman keseharian.
v Banyak yang melakukan homoseks dan lesbian.
v Dicabutnya nikmat waktu, waktu berputar seakan lebih cepat dari biasanya.
v Banyak terjadi pembunuhan.
v Sedikitnya ilmu.
v Agama islam hanya tinggal nama.
v Ajarannya hanya tinggal catatan belaka.
v Al-Qur’an hanya sebagai bahan bacaan.
v Budak perempun melahirkan tuannya.
v Perbuatan mesum dilakukan secara terang-terangan.
  1. Tanda-tanda Kiamat Kubra
v Hilangnya Al-Qur’an dari mashaf dan hati umat manusia hingga hilang pedoman.
v Keluarnya Ad-Dabbah yaitu binatang ajaib yang muncul di waktu dhuha sehingga dapat bebicara dengan manusia seraya membawa cincin dan tongkat Nabi Musa.
v Keluarnya Al Masih ad Dajjal yang merusak kesucian agama islam.
v Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.
v Matahari terbit dari barat.
v Munculnya Imam Mahdi untuk membawa kebenaran agama islam.
v Turunnya Nabi Isa untuk menentang kemungkaran.
v Hilangnya segala permusuhan dan kebencian di kalangan manusia.
v Hilangnya bisa dari keseluruhan binatang yang berbisa, binatang buas menjadi sahabat manusia
v Keluar kabut di langit memnuhi bumi.
v Kemarau berkepanjangan.
v Gerhana di timur.
v Gerhana di barat.
v Gerhana di jazirah Arab.
v Keluarnya api dari kota Yaman yang menghalau manusia ke tempat penggiringannya.
v Hancurnya ka’bah kiblat umat islam.
  1. Untaian Peristiwa Hari Kiamat dan Alam Akhirat
Untaian peristiwa hari kiamat dimulai dengan hancurnya seluruh alam semesta dan manusia memasuki suatu alam yang disebut alam barzah (alam kubur), berikut untaian peristiwa hari kiamat.
  1. Yaumul Qiyamah
Yamul qiyamah adalah peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya termasuk semua makhluk yang ada di dalamnya jin, manusia dan berbagai makhluk lainnya. Peristiwa yaumul qiyamah sangat dahsyat karena gunung-gunung seperti anai-anai yang berterbangan dan perut bumu mengeluarkan beban berat yang dikandungnya. Kedahsyatannya tidak dapat dibayangkan oleh manusia.
  1. Yaumul Barzah
Setelah roh manusia meninggalkan jasad, terjadilah kematian bagi manusia. Sejak itulah manusia berpindah alam, dari alam dunia menuju alam barzah (kubur). Fase ini dinamakan fase menunnggu di alam barzah. Yaitu masa menunggu datngnya hari kebangkitan. Di alam ini berlaku kenikmatan dan siksaan kubur
  1. Yaumul Ba’ats
Malaikat Israfil akan meniup sangkakalanya yang kedua maka manusia akan bangkit dari masing-masing pembaringannya kemudian di kumpulkan disutu tempat yang sangat panas.
  1. Yaumul Hasyr
Setelah manusia dibangkitkan dari kuburnya masing-masing, mereka akan digiring ke padang mahsyar. Di tempat itulah manuisa sejak nabi Adam a.s sampai umat akhir zaman yang mengalaminya dahsyatnya hari akhir. Pada saat itu, suhu udara sangat panas karena matahari berjarak satu meter dari kepala.
Di padang mahsyar, semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Setiap orang tidak akan peduli dengan orang lain. Pada saat itu orang kafir dibangkitkan oleh Allah dengan keadaan buta.
  1. Yaumul Hisab
Kelak setelah manusia dikumpulkan di padang mahsyar aktivitas pertama yang dilakukan adalah proses pengadilan (hisab) yang dipimpin oleh Allah Swt. Pada saat itu manusia akan mendapat vonis dengan sangat adil sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup di dunia.
Sebelum persidangan dimulai, semua orang akan menerima catatan amal perbuatnnya masing-masing. Catatan itualah yang menjadi dasar atas dasar keputusan pengadila Allah.
  1. Yaumul Mizan
Mizan artinya timbangan. Semua amal perbuatan manusia ketika hidup di dunia ditimbang dengan keadilan Allah Swt. Timbangan keadilan Allah tidak akan pernah meleset sedikit pun dan Allah mustahil berbuat curang. Semua amal perbuatan manusia, mulai dari yang kecil sampai yang besar akan tetap ditimbang. Hasil penimbangan tersebut sangat menentukan orang akan masuk surga atau neraka.
  1. Yaumul Jaza
Pada hari pembalasan ini, Allah akan membalas semua amal perbuatan manusia di dunia. Orang yang berat timbangannya akan merasakan nikmatnya surga dan orang yang ringan timbangannya akan merasakan pedihnya api neraka.
Nama-nama surga antara alain:
  • Jannatul Firdaus
  • Jannatul Na’im
  • Jannatu ‘Adn
  • Jannatul Ma’wa
  • Jannatul Khulud
  • Darul Qarar
  • Darus Salam
Nama-nama Neraka antara lain:
  • Neraka Jahanam
  • Neraka Jahim
  • Neraka Sa’ir
  • Neraka Laza
  • Neraka Saqar
  • Neraka Hawiyah
  • Neraka Hutamah
  1. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir
Hikmah beriman kepada hari akhir antara lain sebagai berikut:
  1. Menambah keyakinan bahwa perbuatan di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.
  2. Meyakini bahwa Allah Swt akan memberikan balasan kepada hambanya sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
  3. Dengan meyakini adanya hari akhir, maka seseorang akan memiliki sifat optimis dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk menyongsong kehidupan yang hakiki dan abadi kelak di akhirat.
  4. Membubuhkan sifat ikhlas dalam beramal, istiqomah dalam pendirian dan khusuk dalam beribadah.
  5. Senantiasa melaksanakan amal ma’ruf nahi mungkar untuk mencapai ridha Allah Swt.
  6. Meyakini bahwa segala perbuatan selama hidup di dunia ini yang baik maupun yang buruk harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt kelak di akhirat.
  7. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
  8.  Menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat (sia-sia).
  9. Mengingatkan manusia agar selalu berhati-hati dalam menjalani hidup di dunia.

Iman Kepada Malaikat Allah SWT


IMAN KEPADA MALAIKAT
Dari segi etimologi iman artinya percaya dan membenarkan. Iman berasal dari kata amana-yu’minu imanan. Pengertian secara terminologi memiliki arti meyakini di dalam hati, mengucapkan dengan lisan (lidah) dan mengaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa iman mencakup tiga aspek, yaitu pembenaran dalam hati, ucapan dengan lisan dan pembuktian dengan amal perbuatan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Salah satu aspek keimanan yang harus kita jalani adalah iman kepada hal-hal gaib. Di dalamnya termasuk makhluk yang bernama malaikat.
Kata malaikat adalah jamak dari kata malakun yang artinya utusan. Menurut terminologi malaikat adalah makhluk rohani yang bersifat gaib, diciptakan dari nur, selalu taat, tunduk serta patuh kepada Allah SWT dan tidak pernah ingkar kepadanya. Mereka tidak membutuhkan makan, minum atau tidur. Mereka tidak memiliki keinginan apapun secara fisik, serta menghabiskan waktunya siang dan malam hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Beriman kepada malaikat berarti memercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk bernama malaikat. Mengimani keberadaan malaikat merupakan hal yang sangat penting. Kepercayaan tersebut akan memurnikan amalan umat islam dari segala bentuk kesyirikan.
Secara tersirat, QS Al Baqarah ayat 2-3 memberi penjelasan bahwa beriman kepada malaikat adalah pangkal keimanan kepada wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para rasul-Nya. Hal itu disebabkan, Allah SWT menurunkan wahyu kepada para rasul-Nya melalui perantara Malaikat Jibril.
Demikian pula sebaliknya, jika ada orang yang mendustakan keberadaan malaikat berarti ia telah mendustakan wahyu dan kitab-kitab Allah SWT dan mendustakan risalah para rasul.
Hikmah Beriman Kepada Malaikat
1. Tidak sombong, karena malaikat tidak punya sifat sombong
2. Memperkuat keimnan kepada Allah, karena malaikat senantiasa bertasbih kepada-Nya
3. Suka mendo’akan kebaikan dan ampunan bagi orang lain, sesuai degan sifat malaikat
4. Mengingat akan adanya balasan Allah pada saat malaikat mencabut nyawa
5. Menghindari keinginan untuk berbuat dosa karena malaikat selalu mencatat segala amal baik dan buruk manusia
6.
Perbedaan Manusia Dengan Malaikat
Manusia
1. Diciptakan dari tanah dan berjenis kelamin
2. Diciptakan lebih akhir dari malaikat
3. Tidak termasuk makhluk gaib
4. Ada yang ingkar kepada Allah
5. Diciptakan mempunyai nafsu
6. Berpasangan, memproduksi keturunan
Malaikat
1. Diciptakan dari cahaya dan tidak berjenis kelamin
2. Diciptakan lebih dahulu
3. Termasuk makhluk gaib
4. Semua taat kepada Allah
5. Tidak mempunyai nafsu
6. Diciptakan tidak berpasangan
Tugas Malaikat
1. Perantara untuk menyampaikan wahyu Allah Kepada para nabi dan rasul
2. Perantara untuk menguatkan hati orang beriman
3. Perantara dalam melaksanakan hukum Allah
4. Penolong dan mendoakan manusia
5. Memberikan pertolongan kepada manusia dalam hal kerohanian
6. Memberikan ilham kepada hati manusia untuk berprilaku baik
7. Mencatat segala perbuatan manusia
8. Mencabut nyawa manusia
Macam-macam Malaikat
Malaikat mempunyai jumlah yang tak terhitung banyaknya. Umat islam diwajibkan mengetahui sepuluh malaikat yang utama. Sepuluh malaikat tersebut memiliki tugasnya masing-masing, yaitu sebagai berikut ini.
1. Jibril
Nama lainnya adalah RÅ«hul-Amin dan Ruhul-Qudus. Tugasnya adalah menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul. Hal itu dijelaskan Allah Swt dalam QS Asy-Syu’ara ayat 193-195 :
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
2. Mikail
Tugasnya adalah mengurusi kesejahteraan makhluk hidup. Misalnya, menurunkan dan mengalirkan hujan ke wilayah-wilayah yang diperintahkan Allah Swt., serta mengatur angin dan awan. Tidak ada setetes air pun yang turun dari langit, kecuali pada saat itu ada malaikat yang menentukan tempat menetesnya di muka bumi ini.
QS Al-Baqarah ayat 98 Allah SWT berfirman “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
3. Israfil
Tugasnya adalah meniup sangkakala (trompet) yang menandai datangnya hari kiamat. Israfil meniup trompet itu sebanyak tiga kali. Tiupan pertama mengejutkan seluruh makhluk, tiupan kedua mematikan seluruh makhluk, dan tiupan ketiga membangkitkan umat manusia untuk menghadap sang pencipta. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah Yasin Ayat 51 “Dan ditiuplah sangkalala*, Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.”
*Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang kedua yang sesudahnya bangkitlah orang-orang dalam kubur.
4. Izrail
Tugasnya adalah mencabut nyawa manusia dan semua makhluk hidup lainnya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Sura An-Nahl Ayat 31, “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik* oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum**, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.
*Maksudnya: wafat dalam Keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat juga berarti mereka mati dalam Keadaan senang karena ada berita gembira dari Malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.
**Artinya selamat sejahtera bagimu.
5. Munkar dan Nakir
Munkar dan Nakir adalah dua malaikat yang menanyai manusia di alam kubur. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis berikut ini, “Sesungguhnya seorang hamba (yang meninggal) apabila telah diletakan di dalam kubur, dia mendengar suara sendal para pengantarnya yang pulang. Kemudian datanglah kepadanya dua orang malaikat. Mereka mendudukannya dan bertanya kepadanya (yang meninggal) “Bagaimana pendapatmu tentang orang ini (Muhammad) ?” Sesungguhnya orang mukmin akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya.” Kemudian dikatakan kepadanya, “Lihat tempatmu di neraka, sesungguhnya Allah telah menggantikan buat kamu tempat di surga.” Maka ia melihat keduanya (surga dan neraka).” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Rakib dan Atid
Dua malaikat tersebut mempunyai tugas menuliskan amal pekerjaan manusia sehari-hari. Pekerjaan baik dicatat oleh Malaikat Rakib yang ada di sebelah kanan manusia dan amal buruk dicatat oleh Malaikat Atid yang berada di sebelah kiri manusia. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah Qaf Ayat 17-18, “ (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.”
7. Malik
Malaikat Malik juga dikenal dengan Malaikat Zabaniyah. Ia bertugas menjaga neraka dan memimpin para malaikat penyiksa penghuni neraka. Allah Swt. berfirman dalam Surah Az-Zukhruf Ayat 77, “Mereka berseru: “Hai Malik* Biarlah Tuhanmu membunuh Kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”.
*Malikadalah Malaikat penjaga neraka
8. Ridwan
Bertruga menjaga surga sesuai firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar : 73 “Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya”
Menurut Abu A’la Al Maududi, seorang tokoh pembaru dari Pakistan, beriman kepada malaikat akan memurnikan dan mebebaskan konsep tauhid dari perbuatan-perbuatan syirik. Hal itu juga sejalan dengan beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. yang melarang umat islam untuk menyambah malaikat.Dengan mengimani keberadaan malaikat, umat islam juga menyadari bahwa tugas-tugas dan kewajiban yang dijalankan malaikat sangat dekat dan berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Dengan memahami hal itu, umat islam akan terdorong untuk mengerjakan amalan-amalan yang dihadiri dan didoakan malaikat atas perintah Allah Swt. Di antara amalan-amalan tersebut adalah.
 Mengerjakan ibadah pada malam Lailatul Qadar.
 Membaca Al-Qur’an dan berzikir kepada Allah Swt.
 Mengerjakan kebajikan.
 Menuntut ilmu yang bermanfaat.
 Berjalan menuju masjid.
 Mengerjakan salat berjamaah pada saf yang pertama.
 Hadir lebih awal ketika mengerjakan salat jum’at.
 Memberikan sedekah dan infak dalam kebaikan.
 Mengerjakan ibadah haji dan wukuf di arafah.
 Mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
 Mengunjungi orang yang sakit.
 Tidur dalam keadaan berwudhu.
Demikian pula sebaliknya, dengan beriman kepada malaikat, umat islam akan menjauhi amalan-amalan yang dilaknat dan dijauhi oleh malaikat atas perintah Allah Swt. Di antara amalan-amalan tersebut adalah.
 Hidup dalam kekafiran.
 Melindungi orang yang mendustakan ajaran agama.
 Mencaci-maki sahabat Nabi Muhammad Saw.
 Mengacung-acungkan besi kepada saudaranya dengan tujuan menakut-nakuti.
 Mengerjakan kemaksiatan di dalam rumah, seperti mabuk-mabukan.
 Meletakkan anjing dan patung di dalam rumah.
Dengan mengerjakan dan menjauhi dua macam perbuatan di atas, umat islam akan makin bertambah tebal keimanannya kepada Allah Swt. Pada akhirnya, hal itu mengangkat dan meninggikan derajat manusia itu sendiri.
Harapan Kita Mengimani Para Malaikat, mengerjakan Amalan-amalan yang dido’akan oleh Malaiakat, seperti membaca Al-Qur’an, selalu Zikir Kepada Allah SWT dan mengunjungi orang yang sedang sakit, menjauhi amal-amal yang dilaknat oleh Malaikat seperti memelihara anjing dan memajang patung di dalam rumah, mencaci maki kepada sesama dan menghindari dari kekufuran

Iman Kepada Allah SWT


Iman kepada Allah ialah:
1. Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah; 
2. Membenarkan dengan yakin akan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluk-Nya;
3. Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari segala sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baharu (makhluk).
Demikianlah pengertian iman akan Allah, yang masing-masing diuraikan dalam pasal-pasal yang akan datang.

Makrifat
Perlu dijelaskan lebih dahulu, bahwa membenarkan dalam pengertian iman seperti yang tersebut di atas, ialah suatu pengakuan yang didasarkan kepada makrifat. Karena itu perlulah kiranya diketahui dahulu akan arti dan kedudukan makrifat itu.
Makrifat ialah: "Mengenal Allah Tuhan seru sekalian alam" untuk mengenal Allah, ialah dengan memperhatikan segala makhluk-Nya dan memperhatikan segala jenis kejadian dalam alam ini. Sesungguhnya segala yang diciptakan Allah, semuanya menunjukkan akan "adanya Allah". memakrifati Allah, maka Dia telah menganugerahkan akal dan pikiran. Akal dan pikiran itu adalah alat yang penting untuk memakrifati Allah, Zat yang Maha Suci, Zat yang tiada bersekutu dan tiada yang serupa. Dengan memakrifati-Nya tumbuhlah keimanan dan keislaman. Makrifat itulah menumbuhkan cinta, takut dan harap. Menumbuhkan khudu' dan khusyuk didalam jiwa manusia. Karena itulah makrifat dijadikan sebagai pangkal kewajiban seperti yang ditetapkan oleh para ahli ilmu Agama. Semuanya menetapkan: "Awwaluddini, ma'rifatullah permulaan agama, ialah mengenal Allah". Dari kesimpulan inilah pengarang az-Zubad merangkumkan syairnya yang berbunyi:

Permulaan kewajiban manusia, ialah mengenal akan Allah dengan keyakinan yang teguh.
Dalam pada itu, harus pula diketahui, bahwa makrifat yang diwajibkan itu, ialah mengenali sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang dikenal dengan al-Asmaul Husna (nama-nama yang indah lagi baik). Adapun mengetahui hakikat Zat-Nya, tidak dibenarkan, sebab akal pikiran tidak mampu mengetahui Zat Tuhan. Abul Baqa al-'Ukbary dalam Kulliyiat-nya menulis: "ada dua martabat Islam: (l) di bawah iman, yaitu mengaku (mengikrarkan) dengan lisan, walaupun hati tidak mengakuinya; dan (2) di atas iman, yaitu mengaku dengan lidah mempercayai dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota".
Sebagian besar ulama Hanafiyah dan ahli hadits menetapkan bahwa iman dan Islam hanya satu. Akan tetapi Abul Hasan al-Asy'ari mengatakan: Iman dan Islam itu berlainan".
Abu Manshur al-Maturidi berpendapat, bahwa: "Islam itu mengetahui dengan yakin akan adanya Allah, dengan tidak meng-kaifiyat-kan-Nya dengan sesuatu kaifiyat, dengan tidak menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. Tempatnya yang tersebut ini, ialah dalam hati. Iman ialah mempercayai (mengetahui) akan ketuhanan-Nya dan tempatnya ialah di dalam dada (hati). Makrifat ialah mengetahui Allah dan akan segala sifat-Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati (fuad). Tauhid ialah mengetahui (meyakini) Allah dengan keesaan-Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati dan itulah yang dinamakan rahasia (sir).
Inilah empat ikatan, yakni: lslam, iman, makrifat, dan tauhid yang bukan satu dan bukan pula berlainan. Apabila keempat-empatnya bersatu, maka tegaklah Agama.

3. Cara Mengakui Ada-Nya Allah 
Mengakui ada-Nya Allah, ialah: "Mengakui bahwa alam ini mempunyai Tuhan yang wajib wujud (ada-Nya), yang qadim azali, yang baqi (kekal), yang tidak serupa dengan segala yang baharu. Dialah yang menjadikan alam semesta dan tidaklah sekali-kali alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa diciptakan oleh yang wajib wujud-Nya itu".
Demikianlah ringkasan cara mengetahui akan ada-Nya Allah, Sang Maha Pencipta dan Maha Pengendali alam yang sangat luas dan beraneka ragam ini.

4. Cara Menetapkan Ada-Nya Allah 
Agama Islam menetapkan ada-Nya Tuhan (Wujudullah) dengan alasan yang jitu dan tepat, yang tidak dapat dibantah dan disanggah; karena alasan yang dikemukakan oleh Agama Islam (al-Qur'an) adalah nyata, logis (manthiqy) dan ilmiah.
Dalailul Wujud atau Dalailut Tauhid ini dibahas dalam kitab-kitab ilmu kalam, karenanya baiklah kita tinjau lebih dahulu keadaan perkembangan ilmu kalam itu.

4.1. Aliran Kitab Tauhid
Untuk menjelaskan dalil-dalil yang diperlukan dalam menetapkan dasar-dasar aqidah, para ulama tauhid (ulama kalam), dari abad ke abad terus-menerus menyusun berbagai rupa kitab tauhid dan kitab kalam.
Dalam garis besarnya kitab-kitab tersebut terbagi atas tiga aliran:
(1) Aliran Salafi atau Ahlun Nash. Di antara pemukanya ialah Imam Ahmad Ibn Hanbal.
(2) Aliran Ahlul I'tizal (Mu'tazilah) yang dipelopori oleh Washil ibn 'Atha'.
(3) Aliran Asy'ari, yang dipelopori oleh Abul Hasan al-Asy'ari. jejaknya berturut-turut diikuti oleh Abu Bakar al-Baqillani, al-Juani, al-Ghazali, Ibnul Kathib, al-Baidawi dan ulama-ulama lain seperti ath- Thusi, at-Taftazani dan al-Ijzi.
Di samping itu ada pula aliran Maturidi, yang dipelopori oleh Abu Manshur al-Maturidi.
Cuma yang disayangkan ialah kebanyakan kitab-kitab yang disusun belakangan, tidak berdasarkan Salafi dan tidak pula berdasarkan nadhar yang benar. Setengahnya ada yang mendasarkan kepercayaan kepada dalil-dalil yang dapat dibantah oleh para filosof dan tidak dapat dipertahankan.2

1. Dari 1 sampai 10, baik dilewati, jika ingin langsung mempelajari dalil-dalil ada-Nya Allah ataudalailul wujud atau dalailut tauhid.
2. Lihat. 'Abdurrahman al-Jazairi Taudihul 'Aqa'id.

4.2. Pengertian Ilmu Tauhid
Ada beberapa ta'rif ilmu tauhid yang diberikan oleh para ulama. Di bawah ini disebutkan beberapa diantaranya yang dipandang tepat dengan yang dimaksud.
Pertama: Ilmu tauhid, ialah "ilmu yang membahas dan melengkapkan segala hujjah, terhadap keimanan, berdasarkan dalil-dalil akal serta menolak dan menangkis segala paham ahli bid'ah yang keliru, yang menyimpang dari jalan yang lurus".
Kedua: Ilmu tauhid, ialah ilmu yang di dalamnya dibahas:
[1] Tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya yang wajib di-itsbat-kan bagi-Nya, sifat-sifat yang harus(mumkin) bagi-Nya dan sifat-sifat yang wajib ditolak daripada-Nya.
[2] Tentang kerasulan rasul-rasul untuk membuktikan dan menetapkan kerasulannya; tentang sifat-sifat yang wajib baginya; sifat-sifat yang mumkin dan tentang sifat-sifat yang mustahil baginya.
Ta'rif pertama, memasukkan segala soal keimanan, baik mengenai ketuhanan, kerasulan, maupun mengenai soal-soal gaib yang lain, seperti soal malaikat dan akhirat. Tegasnya, melengkapi Ilahiyat, (soal-soal ketuhanan), nubuwwat (kenabian, kitab, malaikat) dan Sam'iyat (soal-soal keakhiratan, alam gaib). Ta'rif yang kedua mengkhususkan ilmu tauhid dengan soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan saja.
Dengan berpegang pada ta'rif yang pertama, maka sebahagian ulama tauhid membahas soal-soal malaikat, soal-soal kitab, soal-soal kadar, soal-soal akhirat, dan lain-lain yang berhubungan dengan soal beriman di bagian akhir dari kitab-kitab mereka.
Ulama yang berpegang pada ta'rif yang kedua, hanya membahas soal-soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan saja. Risalah Tauhid Muhammad Abduh yang sangat terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan adalah salah satu dari kitab yang berpegang pada takrif kedua.3

3. Risalah Tauhid.

4.3. Perkembangan Ilmu Tauhid Dalam Sejarah Dan Cara Al-Qur'an Membicarakannya 
Ilmu yang membahas dasar-dasar iman kepada Allah dan Rasul, telah sangat tua umumnya. Di setiap umat sejak zaman purba, ada ulamanya yang membahas ilmu ini. Cuma, mereka dahulu tidak mendasarkan penerangan-penerangan yang mereka ajarkan, kepada alasan-alasan akal; bahkan mereka kurang sekali mendasarkan kepercayaan kepada hukum dan karakter alam.
Al-Qur'an yang didatangkan untuk menyempurnakan segala yang masih kurang, segala yang belum sempurna, memakai cara dan sistem berpadanan dengan perkembangan akal dan kemajuan ilmu. Al-Qur'an menerangkan iman dengan mengemukakan dalil serta membantah kepercayaan yang salah dengan memberikan alasan-alasan yang membuktikan kesalahannya. Al-Qur'an menghadapkan pembicaraannya kepada akal serta membangkitkan dari tidurnya dan membangunkan pikiran dengan meminta pula supaya ahli-ahli akal itu memperhatikan keadaan alam. Maka al-Qur'an-lah akal bersaudara kembar dengan iman. 
Memang diakui oleh ulama-ulama Islam, bahwa diantara "ketetapan agama", ada yang tidak dapat diitikadkan (diterima kebenarannya) kalau bukan karena akal menetapkannya, seperti: mengetahui (meyakini) ada-Nya Allah, qudrat-Nya, ilmu-Nya dan seperti membenarkan kerasulan seseorang rasul. Demikian juga mereka bermufakat menetapkan, bahwa mungkin agama mendatangkan sesuatu yang belum dapat dipahami akal. Akan tetapi, mungkin agama mendatangkan yang mustahil pada akal.
Al-Qur'an mensifatkan Tuhan dengan berbagai sifat yang terdapat namanya pada manusia, seperti:qudrat, ikhtiyar, sama', dan bashar. karena al-Qur'an menghargai akal dan membenarkan hukum akal, maka terbukalah pintu nadhar (penyelidikan) yang lebar bagi ahli-ahli akal (ahli-ahli nadhar) itu dalam menetapkan apa yang dimaksud oleh al-Qur'an dengan sifat-sifat itu. Pintu nadhar ini membawa kepada berwujud berbagai rupa paham diantara para ahli akal atau nadhar. Perselisihan yang terjadi karena berlainan nadhar ini, dibenarkan al-Qur'an asal saja tidak sampai kepada meniadakan sifat-sifat Tuhan, seperti yang diperbuat oleh golongan Mu'aththilah dan tidak sampai kepada menserupakan sifat-sifat Tuhan dengan sifat-sifat makhluk, sebagai yang dilakukan oleh golongan Musyabbihah.
Para ulama salah mensifatkan tuhan dengan sifat-sifat yang tuhan sifatkan diri-Nya dengan tidak meniadakan-Nya, tidak menyerupakan-Nya dengan makhluk dan tidak menakwilkannya. Para mutakalimin khalaf mensifatkan Tuhan dengan cara menakwilkan beberapa sifat yang menurut pendapat mereka perlu ditakwilkan. Golongan mutakalimin khalaf membantah ta'thil (meniadakan sifat Tuhan) dan membantah tamsil (menyerupakan sifat Tuhan dengan sifat rnakhluk).
Ringkasnya, para salaf beritikad sepanjang yang dikehendaki oleh lafadh. tetapi dengan mensucikan Allah dari serupa dengan makhluk. 4
4. Perhatikan uraian Dr. Muhammad al-Bahy dalam al-Janibul llahi.

4.4. Kedudukan Nadhar Dalam Islam
Dalam kitab Hawasyil Isyarat disebutkan, bahwa nadhar itu ialah menggunakan akal di sekitar masalah yang dapat dijangkau oleh akal (ma'qulat).
Para filosof bermufakat, bahwa nadhar itu hukum yang digunakan dalam mengetahui dalil. Alasan yang menegaskan bahwa nadhar ini sah dan menghasilkan keyakinan, ialah bahwa dalam alam ini terdapat kebenaran dan kebatalan. Manusia juga terbagi atas dua macam: Ahli hak dan ahli batal. Tidak dapat diketahui mana yang hak dan mana yang batal. kalau bukan dengan nadhar. Dengan demikian maka fungsi nadhar (penelitian) ialah untuk menjelaskan hal-hal yang gaib agar dapat dicerna oleh akal disamping menentukan mana yang benar diantara dua pendapat yang berbeda. Melalui nadhar, manusia bisa sampai pada pengetahuan yang meyakinkan. Untuk mengetahui mana yang hak dan mana yang batal. mana yang kufur dan mana yang iman, demikian pula untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya lebih jelas haruslah melalui nadhar. Karena itu, bertaklid buta. Tidak mau lagi melakukan nadhar adalah keliru sesat dan menyesatkan. Dalam al-Qur'an cukup banyak dijumpai ayat-ayat yang memerintahkan untuk melakukan nadhar. Diantara-nya ialah:
Katakanlah ya Muhammad: "Lihatlah apa yang di langit dan di bumi; dan tidak berguna tanda-tanda dan peringatan-peringatan kepada kaum yang tidak beriman". (QS. Yunus (l0): 10l).
Mengapakah mereka tidak melihat kepada alam (malakut) langit dan bumi dan kepada apa yang Allah jadikan?. (QS. al-A'raf (7): 185).
Maka ambil ibaratlah wahai ahli akal. (QS. al-Hasyr (59): 2).
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim bumi malakut (langit) dan bumi. (QS. al-An'am (6): 75).
Ayat-ayat tersebut diatas adalah nash yang tegas yang mendorong untuk melakukan nadhar terhadap segala maujud, dan menjadi nash yang tegas pula yang mewajibkan kita memakai qiyas 'aqli atau qiyas manthiqi dan sya'i. Ayat yang terakhir menerangkan, bahwa Allah telah nadhar kepada Ibrahim as.

4.5. Kedudukan Akal Dalam Pandangan Islam 
Dalam kitab Hawasyil-Isyarat diterangkan bahwa akal itu, ialah tenaga jiwa untuk memahamimujarradat (sesuatu yang tidak dapat diraba atau dirasa dengan pancaindera). Kekuatan jiwa yang mempersiapkan untuk memikir (berusaha), dinamai dzihin. Gerakan jiwa untuk memikir sesuatu agar diperoleh apa yang dimaksudkan, dinamai fikir.
Tersebut dalam suatu kitab falsafah: "Akal itu suatu kekuatan untuk mengetahui makna mujarradat, makna yang diperoleh dari menyelidiki dan rupa-rupa benda". memperhatikan rupa-rupa benda". Al-Mawardi dalam A'lamun-Nubuwwah menulis: "Akal itu suatu tenaga yang memberi faedah bagi kita mengetahui segala yang menjadi kepastiannya". Ada pula yang mengatakan: "Akal itu kekuatan yang membedakan yang hak dengan yang batal". 
Al-Mawardi membagi akal kepada: gharizi dan kasbiGharizi adalah pokok akal, sedang kasbi adalah cabang yang tumbuh daripadanya: itulah akal yang dengannya berpaut dan bergantung taklif dan beribadat. Adapun akal kasbi (akal muktasab), ialah akal yang digunakan untuk berijtihad dan menjalankan nadhar. Akal ini tidak dapat terlepas dari akal gharizi, sedang akal gharizi mungkin terlepas dari akal ini.

4.6. Martabat Akal Dalam Memahami Hakikat
Para hukama berpendapat bahwa manusia memahami hakikat dengan jalan: [1] dengan pancaindera, dalam hal ini manusia sama dengan hewan; dan [2] dengan akal (rasio).
Mengetahui sesuatu dengan akal hanya tertentu bagi manusia. Dengan akallah manusia berbeda dari binatang.
Orang yang telah biasa memperhatikan soal-soal yang ma'qulat (yang diperoleh melalui akal) nyata kepadanya kemuliaan dan keutamaan yang diketahuinya itu. Baginya terang pula bahwa yang diketahui melalui indera pemandangan akal sama dengan sesuatu yang masib kabur, dibanding sesuatu yang telah dapat dipastikan baiknya melalui akal. Inilah sebabnya Al-Qur'an dalam seruannya kepada mengakui ada-Nya Allah dari keesaan-Nya, membangkitkan akal dari tidurnya. Seruan yang begini, tidak dilakukan oleh umat-umat yang dahulu. sebagai yang sudah dibayangkan sebelum ini.

4.7. Bukti Kelebihan Dan Keutamaan Akal Atas Pancaindera
Para hukama telah membuktikan, bahwa akal lebih mulia dari pancaindera. Apa yang diperoleh akal lebih kuat dari yang didapati pancaindera.
Alasannya:
[1] Pancaindera hanya dapat merasa, melihat dan membaui.
[2] Akal dapat menjelaskan tentang adanya Zat Tuhan. sifat-sifat-Nya dan berbagai soal yang hanya bisa diperoleh melalui akal, dan berbagai macam pengetahuan hasil nadhar.
[3] Akal dapat sampai pada hakikat, sedang pancaindera hanya memperoleh yang lahir saja, yaitu yang terasa saja.
[4] Akal tidak berkesudahan, sedang pancaindera adalah berkesudaban (hiss).

4.8. Akal Pokok Pengetahuan 
Al-Mawardi berpendapat, bahwa dalil itu, ialah sesuatu yang menyampaikan kepada meyakini mad-lul-nya. Dalil-dalil diyakini dengan jalan akal dan mad-lul-nya diyakini dengan jalan dalil. Tegasnya, akal itu menyampaikan kepada dalil; dia sendiri bukan dalil. Karena akal itu pokok segala yang diyakini, baik dalil maupun madlul. Mengingat hal ini dapatlah dikatakan, akal adalah pokok pengetahuan (al-'aqlu ummul 'ulum). Ilmu yang diperoleh daripadanya ialah pembeda kebenaran dari kebatalan; yang shahih yang fasid; yang mumkin dari yang mustahil.
Ilmu-ilmu yang diperoleh melalui akal, ada dua macam: Idthirari dan Iktisabi.
1. Ilmu Idthirari, ialah ilmu yang diperoleh dengan mudah, tidak perlu melakukan nadhar yang mendalam. Ilmu ini terbagi dua: [1] yang terang dirasakan; dan [2] berita-berita mutawatir.
Ilmu yang dirasakan atau yang diperoleh dengan hiss, datang sesudah akal, dan ilmu khabar mendahului akal.
Ilmu Idthirari ini, tidak memerlukan nadhar dan istidal; karena mudah diketahui. Khawwash dan 'awwam dapat mengetahuinya, ilmu yang diperoleh dengan jalan ini, tidak ada yang mengingkarinya.
2. Ilmu Iktisabi, ialah ilmu yang diperoleh dengan jalan nadhar dan istidal. Dia tidak mudah diperoleh. Ilmu inilah yang memerlukan dalil atau dimintakan dalilnya.
Ilmu Iktisabi ini terbagi dua juga:
- yang ditetapkan oleh akal (berdasarkan ketetapan-ketetapan akal).
- yang ditetapkan oleh hukum-hukum pendengaran (yang diterima dari syara').
Hukum-hukum yang ditetapkan berdasarkan akal terbagi dua pertama, yang diketahui karena mengambil dalil dengan tidak berhajat kepada dalil akal (nadhar); kedua, yang diketahui karena mengambil dalil dengan dalil-dalil akal.
Yang diketahui dengan tidak perlu kepada dalil akal (nadhar) ialah yang tidak boleh ada lawannya, seperti keesaan Allah. Dengan sendirinya akal dengan mudah mengetahui keesaan Tuhan itu. Yang diketahui dengan memerlukan dalil akal, ialah: yang boleh ada lawannya, seperti seseorang nabi mendakwakan kenabiannya. Ringkasnya mengetahui atau meyakini keesaan Allah tidak memerlukan akan akal; sebab dengan mudah akal dapat mengetahuinya. Adapun meyakini kerasulan seseorang rasul, memerlukan dalil akal.
Ketetapan-ketetapan yang berdasarkan hukum pendengaran, diterima dari Shahibisy Syari'ah,sedang akal disyaratkan dalam melazimi ketetapan-ketetapan itu, walaupun pendengaran tidak disyaratkan dalam soal-soal yang ditetapkan akal semata-mata.
Hukum-hukum yang ditetapkan oleh pendengaran ada dua macam: yakni: Ta'abbud dan Indzar.Ta'abbud mencakup larangan dan suruhan. Indzar, mencakup wa'ad dan wa'id.

4.9. Jalan Mengetahui ada-Nya Allah
Abu Haiyan mengatakan: Mengetahui ada-Nya Allah adalah daruri, jika ditinjau dari sudut akal, dannadari dari sudut hiss pancaindera.
Ilmu adakala dituntut melalui akal, dalam soal-soal yang dapat dipikirkan (ma'qulat), adakala dituntut dengan hiss (pancaindera) dalam soal-soal yang dirasakan. Seseorang manusia bisa memikir, bahwa mengetahui ada-Nya Allah adalah suatu iktisab (hal yang diperoleh dengan jalan istidlal): karena hiss itu mencari-cari dan membolak-balikkan masalah dengan pertolongan akal. Dia dapat pula memikiri, bahwa mengetahui ada-Nya Allah, daruri; karena akal yang sejahtera menggerakkan manusia kepada mengakui ada-Nya Allah dan menyalahkan akal mengingkari-Nya.
Al-Farabi dalam al-Fushush (fash yang empat belas, menulis: "Anda dapat memperhatikan alam makhluk, kalau anda lihat tanda-tanda pembuatan. Tetapi juga anda dapat meninjau alam mahad(alam yang terlepas dari kebendaan), lalu anda yakini, bahwa tidak boleh tidak ada-Nya Zat. Dan dapat pula anda mengetahui betapa seharusnya sifat-sifat yang ada pada Zat itu. Kalau anda memandang alam maddah, berarti anda naik dan kalau anda memperhatikan alam mahad, berarti anda turun".