Kamis, 04 September 2014

Kekuasaan Portugis dan Spanyol di Indonesia

Kekuasaan Kolonial Portugis dan Spanyol di Indonesia

Pada tahun 1511, bangsa Portugis berhasil merebut dan menduduki Malaka. Kemudian pada tahun 1512 Portugis datang di Maluku.

Tanpa diduga  pada tahun 1521 Spanyol muncul  dari arah Filipina dengan kapal Trinidad  dan Victoria yang dipimpin oleh Kapten Sebastian del Cano. Selanjutnya, Spanyol menjalin hubungan dengan Tidore, saingan berat Ternate. Portugis merasa tidak senang ada saingan dari Spanyol di Tidore. Persaingan antara Portugis dan Spanyol kembali terjadi, namun pada tahun 1529 berhasil diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa. Isi Perjanjian Saragosa yaitu Spanyol kembali ke Filipina sedangkan Portugis tetap di Maluku

Saat Portugis bersitegang dengan Spanyol, hubungan Ternate dan Tidore semakin memanas. Ternate meminta jaminan dukungan terhadap Portugis untuk menghadapi Tidore. Portugis dengan senang hati menyanggupi, dengan syarat mendapatkan  hak monopoli  perdagangan rempah-rempah di Ternate. Akibatnya rakyat Ternate sangat dirugikan,  mereka tidak  lagi leluasa menjual rempah-rempah. Harga cengkih dan pala ditetapkan oleh Portugis dengan sangat rendah.

Di Maluku, selain monopoli perdagangan Portugis juga bertindak  sewenang-wenang dan kejam terhadap rakyat. Bahkan cenderung untuk  menguasai wilayah. Keadaan ini  mengakibatkan hubungan yang semula terjalin dengan baik berubah menjadi hubungan permusuhan. Puncak pertentangan terjadi setelah Portugis dengan licik membunuh Sultan Hairun, Raja Ternate.


Kebijakan  Pemerintah  Kolonial  Portugis

Kekuasaan Portugis di Maluku berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1512 sampai 1641. Kebijakan-kebijakan yang dipraktikkan selama itu sangat berpengaruh terhadap  kehidupan masyarakat Indonesia.

Berbagai kebijakan pemerintah kolonial Portugis.
a. Berusaha menanamkan kekuasaan di Maluku.
b. Menyebarkan agama Katolik  di daerah-daerah yang dikuasai.
c. Mengembangkan bahasa dan seni musik keroncong Portugis.
d. Sistem monopoli  perdagangan cengkih dan pala di Ternate.

Dengan kebijakan ini, petani Ternate tidak  lagi memiliki  kebebasan untuk menjual atau menentukan harga hasil panennya. Mereka harus menjual hasil panennya hanya kepada Portugis dengan harga yang ditentukan oleh Portugis. Akibatnya, petani sangat dirugikan,  dan Portugis memperoleh keuntungan yang sangat besar.

Pengaruh dari kebijakan ini  ternyata tertanam pada rakyat Indonesia khususnya rakyat Maluku. Ada yang bersifat negatif dan ada yang positif. Berikut ini berbagai pengaruh yang ditimbulkan dari kebijakan-kebijakan Portugis.

a.    Terganggu dan kacaunya jaringan perdagangan.
b.    Banyaknya  orang-orang  beragama Katolik   di  daerah pendudukan Portugis.
c.    Rakyat menjadi miskin dan menderita.
d.    Tumbuh benih rasa benci terhadap kekejaman Portugis.
e.    Munculnya rasa persatuan dan kesatuan rakyat Maluku untuk menentang Portugis.
f.     Bahasa Portugis turut  memperkaya perbendaharaan kata/ kosakata dan nama keluarga seperti da Costa, Dias, de Fretes, Mendosa, Gonzalves, da Silva, dan lain-lain.
g.    Seni musik keroncong yang terkenal di Indonesia sebagai peninggalan Portugis adalah keroncong Morisco.
h.    Banyak peninggalan arsitektur  yang bercorak Portugis dan senjata api/meriam di daerah pendudukan.

Kekuasaan Spanyol yang sempat menjalin hubungan dengan Tidore tidak memiliki pengaruh yang berarti. Mengingat Spanyol segera meninggalkan Tidore karena terbentur Perjanjian Saragosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar